Rabu, 03 Juli 2019

Post truth kata yang diinisiasi sejak tahun 1995 dan mulai booming di tahun 2016. Orang cenderung disebut post truth ketika ia tidak percaya dalam suatu situasi dimana disajikan hal – hal factual tetapi lebih percaya terhadap suatu hal yang masih absurb kebenarannya yang menyakut personal belief misalnya menyangkut agama, kepentingan politik, etnis dll. Menjelaskan suatu kondisi ketika fakta obyektif tidak berpengaruh untuk membentuk pandangan masyarakat dibandingkan dengan emosi atau kepercayaan pribadi. Ketika orang mulai mengabaikan kebenaran maka akan terjadi disinformasi yang bisa menimbulkan problematika dan konflik di masyarakat.
Ketika kita berbicara tentang post truth kita mungkin langsung terbayang dengan penyakit yang disebut hoax. Hoax merupakan anak kandung  dari post truth, gampangnya makna hoax adalah kebohongan. Kebohongan serangkaian informasi yang dibuat dengan tujuan tertentu dan dampaknya akan terjadi misleading di kalangan masyarakat. Lantas factor apa yang membuat hoax dapat menjamur secara pesat, tak bisa dipungkiri teknologi merupakan salah satu pendukung menyebarnya hoax dan ditambah lagi dengan  akses internet yang cepat dan jangakauannya luas. Selain itu lemahnya literasi media menyebabkan orang cenderung langsung menerima segala informasi tanpa melakukan proses veritifikasi terlebih dahulu. Ketika masyarakat sudah enggan melakukan check dan recheck informasi yang ia dapat, maka isu public akan banyak bermunculan yang bisa membuat terjadinya kepanikan sosial. Timeline sejarah merekam banyak peristiwa besar yang ditimbulkan oleh isu hoax, diantaranya isu penyerangan Polandia terhadap Jerman yang melatar belakangi terjadinya perang dunia II. Yang masih anget ditahun 2016 terkait Donald Trump yang diklaim melakukan propaganda demi terpilihnya ia menjadi orang nomer satu di AS dan yang paling kontroversi terkait larangan imigran muslim masuk AS.
Lantas bagaimana menekan laju hoax?. Mulai sekarang kita dituntut kritis dalam menanggapi segala informasi yang diperoleh, kita harus pandai menilai, dari siapa informasi itu dibuat dan pihak mana yang akan diuntungkan dari informasi tersebut, selain itu kita juga harus mem-verifikasi setiap informasi yang diterima dan yang paling penting jangan mudah terpengaruh dengan hal – hal yang provokatif.


0 komentar:

Posting Komentar

Haus Bacaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts