Rabu, 21 Agustus 2019

Dewasa ini krisis moral baru menimpa bangsa kita ini terutama pada generasi muda,demoralisasi ini tidak bisa kita anggap sebagai masalah yang remeh. Sesuatu yang kecil atau remeh apabila dibiarkan maka lama – kelamaan akan menjadi suatu hal yang besar.  Sebenarnya apa itu demoralisasi, ditinjau dari kata memiliki makna kemerosotan akhlak atau kerusakan moral. Kerusakan moral pada generasi muda merupakan suatu ancaman, karena pemuda sebenarnya seorang pioner pembangunan di masa depan, lantas bagaimana jika pemuda sebagai calon pioner pembangunan di masa depan tidak memiliki integritas moral tetapi malahan memiliki akhlak yang buruk. Ada banyak sekali bukti nyata contoh perilaku yang mencerminkan demoralisasi pada generasi muda kita, contohnya adalah maraknya tawuran, seks bebas, minum minuman keras, tidak adanya kejujuran , bolos sekolah dan masih banyak lagi. 
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017 mengungkapkan anak laki – laki pada usia 15 -19 tahun sebanyak 70 % telah mengonsumsi alkohol sedangkan untuk wanita sebanyak 58 %. Tentunya miris jika kita melihat hal itu, namun itu baru dari satu masalah. Pada 2018 Komnas Perlindungan Anak (KPAI)byang berkordinasi dengan Kemetrian Kesehatan melakukan survei di berbagai kota besar di Indonesia terkait seks bebas dan hasilnya cukup mengejutkan karena sebanyak 67 % remaja di Indonesia melakukan hubungan seks diluar nikah. Contoh nyata pada 2018 terjadi kasus yang mengejutkan, yaitu sebanyak 12 siswi SMP di Lampung hamil. Terdapat indikasi bahwa semua siswi tersebut merupakan korban dari orang dewasa, artinya kondisi kurang nyaman dari orangtua membuat anak mencari kenyamanan di luar, antara lain dengan pasangan atau pacarnya. Pantas jika sekarang ini Indonesia disebut negara darurat seks, lantas jika sudah demikian siapa yang perlu dimintai pertangungjawaban. Apakah pihak keluarga?, sekolah? Ataukah malah kebijakan pemerintah yang keliru?. Tapi kuranglah bijak jika sudah terjadi kasus seperti ini kita malah mencari siapakah yang seharusnya bertangung jawab, kita harus mulai berfikir bagaimana menanggani kasus ini. 
Sebenarnya banyak sekali faktor – faktor yang menyebakan timbulnya masalah – masalah tersebut, diantaranya kurang harmonis dan keterbukaan di lingkungan keluarga, faktor lingkungan, perkembangan teknologi, pengaruh Budaya Barat, dan rendahnya kesadaran akan agama. Faktor keluarga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus – kasus tersebut karena kerap kali kita temukan dalam suatu keluarga tidak adanya kondisi yang harmonis, kurang adanya interaksi, minimnya keteladan dari orangtua dan kurangnya pendidikan seks pada usia remaja. Hal itu sangat berdampak pada tumbunya paham anak pada budaya seks bebas. Lalu dari segi lingkungan, lingkungan sangatlah mempengaruhi sifat seseorang. Jika dalam suatu kumpulan kelompok tersebut melakukan  tindakan – tindakan yang baik, maka kemungkinan output yang dihasilkan pada generasi muda akan baik, dan sebaliknya apabila dalam suatu kelompok masyarakat banyak melakukan tindakan – tindakan buruk, maka output generasi mudanya pun buruk. Selanjutya ditinjau dari perkembangan teknologi, tak bisa kita pungkiri kemajuan teknologi yang berkembang saat ini memanglah sangat membantu dalam segala sektor keperluan manusia, sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh manusia menjadi lebih efisien. Teknologi memang bisa sangat membantu tetapi dengan syarat, sesorang yang menggunakannya bisa mengendalikan dan selektif terhadap teknologi, lantas bagaimana yang terjadi jika seseorang tidak bisa mengendalikan teknologi. Tentunya teknologi malah akan menjadi boomerang yang menampilkan sisi buruk, contohnya ketika seseorang malah mempergunakan teknologi untuk menonton konten pornografi, perjudian, menyebarkan kasus hoaks dll. Selanjutnya mengenai pengaruh Budaya Barat, arus Budaya Barat saat ini memang sangatlah sulit untuk dibendung, banyak sekali suguhan yang kurang baik disebarkan melalui film, video clip musik, paham pemikiran dll. Sekarang ini hampir disetiap film barat pasti disispkan hal – hal yang tidak semestinya, hal seperti ini lama – kelamaan akan tertanam pada alam bawah sadar seseorang dan akhirnya akan membentuk pribadi seseorang. Keadaan itu semakin diperburuk dengan lemahnya kesadaran mengenai agama, yang sebenarnya mempunyai peran penting dalam membentengi kasus – kasus pelanggaran etika.
Implikasi dari perilaku tersebut jika ditinjau secara sosial, perilaku seks bebas akan meningkatkan persentase pernikahan dini, putus sekolah, kemiskinan, penelantaran anak dan bahkan akan menambah permasalahan bagi masyarakat dan negara. Apabila hal ini dikaitkan kepada kegiatan spiritual, sungguh hal ini pasti akan merusak keimanan seseorang karena jika seseorang telah melakukan hal tersebut pasti akan muncul tendensi kekacauan psikis yang menimbulkan tidak sampainya memikirkan hal – hal spiritual. 
Sudah semestinya sekarang ini semua pihak berperan aktif dalam merintangi demoralisasi terkhusus bagi seorang mahasiswa yang dikatakan sebagai agent of change. Hal nyata dapat kita awali dengan perilaku selektif dalam mengarungi arus informasi, bisa juga dengan memberikan edukasi terkait seks bebas dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, atau jika kita handal dalam bidang IT kita dapat berkontribusi dengan membuat konten – konten menarik untuk mengedukasi masyarakat. 

0 komentar:

Posting Komentar

Haus Bacaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts